31 Juli, 2011

MENGENAL KEPRI LEBIH DEKAT

Hari ini (30/09/10),adalah hari ketiga pengembaraan kami di Kep. Riau, Pulau Lingga akan menjadi tempat persinggahan selanjutnya. untuk menyebrang ke pulau Lingga kita harus mampis ke Pelabuhan Sri Bintan Pura yang berada di Kota Tanjung Pinang. perjalanan sekitar 40 menit akan kami tempuh dari desa Kawal menuju Tanjung Pinang.

Cuaca sedang bersahabat, matahari terus tersenyum sambil memancarkan sinar-nya. perkampungan nelayan menjadi teman perjalanan menuju Ibu Kota Provinsi Kep. Riau tersebut. setibanya di Tanjung Pinang, kami harus memesan tiket boat untuk menyeberang ke pulau yang dinobatkan sebagai "Bunda Tanah Melayu" tersebut.

Jadwal penyeberangan kami masih satu jam lagi, "ngapain yah kita di sini sejam lagi?" ucap Darto. Aku pun sigap membuka handphone untuk mencari objek wisata yang berada dekat dengan pelabuhan Sri Bintan Pura. Pandangan tertuju pada tulisan "Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah," yang terletak di Jalan Ketapang. Aku pun langsung menyodorkan objek wisata ini ke Darto.

"Ayo lah kita ke sana, daripada ga jelas di sini," ucap Darto. Kami pun berangkat menggunakan ojek ke sana. Tidak sampai 15 menit, kami tiba di Museum tersebut. seorang pengurus museum yang cantik menghampiri, "mau melihat museum yah?" ucap sang petugas. "iya, berapa tiket-nya kak?" saut Darto sambil mengeluarkan dompet-nya. Sang petugas pun menjawab, kalau untuk masuk ke Museum ini bersifat gratis. Petugas yang cantik itu pun nampaknya sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Darto. Saya beranggapan si Darto nampak terkesima dengan paras cantik sang petugas.

Pandangan ku terpusat pada papan nama sebuah ruangan yang bertuliskan "Ruang Aset, dan Dokumen Sejarah," sekejap aku langsung menghampiri
ruangan tersebut. Berbagai foto kota Tanjung Pinang dari masa penjajahan Belanda hingga masa sekarang terpampang di tembok, koleksi mata uang pada zaman kolonial, hingga dokumen surat jalan pada masa pemerintahan Belanda pun tak luput dari pandanganku.
Ruangan yang kumasuki selanjut-nya adalah ruangan peninggalan sejarah. berbagai pecahan keramik dari masa kerajaan Johor Riau, sampai senjata- senjata api milik tentara Belanda dipamerkan di Gedung yang berluaskan sekitar satu 800 Meter Persegi ini.
Pendengaranku tertuju pada dialog tentang pernikahan, "hah? jangan-jangan Darto ingin menikah dengan petugas itu," ucap saya dalam hati. Aku pun langsung menuju ke tempat si Darto yang sedang berbincang masalah pernikahan. Ternyata dugaanku salah, perbincagan tersebut ternyata tentang pernikahan adat Melayu. Ya, ternyata ruangan yang aku masuki adalah ruangan "alam pernikahan melayu". Di sini ditampilkan beragam pernak-pernik pernikahan seperti, gelang-gelang, kalung, baju pengantin dan aksesoris pernikahan melayu pada umum-nya.

Tak sadar kami sudah berada sekitar 40 menit di Museum ini, aku pun langsung mengajak Darto untuk segera ke Pelabuhan. kami pun langsung menuju pintu keluar museum. Namun ada satu hal yang masih belum ku tahu, yaitu tentang sosok patung yang ada di Halaman depan museum. "Mereka ini siapa mbak?" ucap-ku sambil menunjuk patung-patung tersebut. "Ini adalah patung raja-raja Riau dari yang pertama hingga yang terakhir," ucap sang petugas.
Sayang, aku dan Darto harus menyebrang ke Pulau Lingga 20 Menit lagi, sehingga kami tak bisa menikmati seluruh isi Museum ini."Gir, petugas-nya cantik yah?" tanya Darto. Aku pun hanya menjawab, "cape deh," dengan mimik cemburu.

Tidak ada komentar: