Hantaman krisis ekonomi global telah membuat beberapa bank menjadi kolaps bahkan ada yang terpaksa tutup. Guncangan ekonomi global yang di mulai dari negara Amerika Serikat telah merambat ke negara-negara lain. Disini berlaku hukum siapa yang kuat dialah yang tetap bertahan. Para pelaku ekonomi dibuat kalang kabut karena pasar bergolak sangat kuat. Sektor perbankan yang merupakan otot dari sektor ekonomi banyak yang kejang-kejang bahkan stroke berat. Ditengah hantaman krisis perbankan dunia maka terlihatlah sosok yang tetap tegar dan berdiiri kokoh. Perbankan Syariah menjadi mercu suar bagi perekonomian terutama sektor perbankan di tengah gelombang krisis moneter. Banyak pihak yang dulunya skeptis atas kehadiran perbankan syariah kini berbalik arah ingin tahu bahkan berbankan syariah.
Perbankan syariah yang dalam operasionalnya menerapkan skema bagi hasil baik bagi penabung maupun peminjam dana sangat fleksibel terhadap gejolak pasar uang. Istilah bagi hasil memang belum menjadi trade mark bagi masyarakat yang elah lama terkunkung dalam sistem bunga. Bagaikan barang baru, bagi hasil dalam sistem perbankan syariah telah menjadi solusi ditengah gejolak sistem keuangan. Sistem bagi hasil dalam perbankan syariah dinikmati hasilnya setelah bulan berjalan. Artinya bagi hasil baru diperoleh atau ditetapkan untuk beulan yang lalu. Misalnya Bagi hasil bulan Agustus baru diperoleh atau ditentukan pada awal bulan September berdasarkan kinerja di bulan Agustus. Besaran bagi hasil tersebut dihitung berdasarkan dari laporan keuangan yang rutin diterbitkan setiap bulannya. Jadi perbedaan mendasar antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional salah satunya dalam cara penentuan return bagi nasabah. Jika sistem bunga penentuan return ditentukan di depan, maka dalam sistem bagi hasil penentuan return ada di belakang.
Menurut Syafi’i Antonio, Bank syariah sebagai representasi ekonomi Islam, saat ini menunjukkan perkembangan luar biasa. Saat ini, , jumlah dana yang dikelola keuangan syariah makin besar, lebih kurang US$ 700 miliar dengan rata-rata pertumbuhan 15 %. Sementara jumlah bank Islam di seluruh dunia mencapai 396 yang tersebar di 53 negara. Adapun target pertumbuhan perbankan syariah sebesar 5% pada tahun 2009 memang terasa berat dikejar. Hal ini dikarenakan perbankan syariah masih seumur jagung dan mindset masyarakat yang masih terpaku dalam sistem bunga bank konvensional. Diharapakan dengan adanya spin off dari perbankan syariah tahun ini seperti BRI Syariah, Bukopin Syariah, BNI Syariah, CIMP Niaga Syariah maka target pertumbuhan sebsar 5% tersebut menjadi realistis.
Pertumbuhan perbankan syariah yang sudah sangat pesat itu masih mau digenjot lagi, maka perlu daya dukung SDM yang cukup besar dan jika belum siap bahkan bisa menjadi "bumerang". Pertumbuhan perbankan syariah yang sudah sangat pesat ini bisa dilindungi agar tetap tumbuh secara alami sambil menyiapkan SDM yang berkualitas.
Menurut saya, pesatnya pertumbuhan perbankan syariah yang sistem manajemennya bagi hasil berdasarkan ekonomi Islam sesuai dengan mayoritas penduduk Indonesia. Diakui, di samping pertumbuhan yang sangat pesat perbankan syariah di Indonesia juga mengalami kendala, yakni masih minimnya sosialisasi. Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal bank syariah maupun produknya. Ada juga masyarakat yang memiliki persepsi salah terhadap bank syariah, sehingga belum tertarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar