Ta’ Gendong Kemana-mana
Enak dong Mantep dong…
Where are you going...
Ok ...I am coming....
Lagu ta gendong milik mbah Surip langsung meledak dipasaran lagu Indonesia. Kejenuhan rakyat setelah PEMILU menyebabkan lagu ini booming. Syairnya yang enteng, ringan dan lucu seakan meredakan urat syaraf masyarakat yang tegang karena mikirin hidup yang makin hari makin susah. Jadi banyak orang butuh suatu hiburan yang ngak susah-susah cernanya, lagu mbah Surip seolah pengobat dahaga di padang tandus. Semua orang tersenyum jika ngelihat si mbah Surip lagu action dengan lagunya. Semua orang tertawa dan seakan memiliki lagu tersebut. Itulah kekuatan lagu mbah Surip. Lagu untuk semua orang dari anak kecil “ingusan” sampai pejabat tinggi yang “jaim” ikut berdendang lagu “Ta Gendong” atau “Bangun Tidur”
Melihat penampilan mbah Surip saya jadi teringat dengan penyanyi Gombloh yang ngetop di era tahun 80an dengan lagunya “Di Radio”, “Kugadaikan Cintaku”, “Gebyar Gebyar”’ yang sampai saat ini menjadi lagu wajib setiap 17 Agustusan. Penampilan mereka nyaris mirip karena memiliki cirri khas yang tidak bias di tiru orang lain. Saya masih terbayang penampilan Gombloh topi khasnya dan kostum kedodoran di tambah jenggot tipisnya. Begitu juga dengan mabah Surip tampil dengan cirri khasnya rambut gimbal, kostum warna warni dan tawa lepasnya ha…ha….ha…ha…
Kedua penyanyi ini meninggal disaat mereka sedang menikmati puncak karier selelpas melanglang buana sebagai pengamen di jalanan. Kehidupan mereka sangat pahit jika dihitung dari segi materi awalnya namun di penghujung usianya mereka menjadi sangat kaya raya dan ngetop. Gombloh dan Mbah Surip juga bukan nama sebenarnya mereka. Itu adalah nama panggung atau nama artis yang mengantarkan mereka manjadi sangat terkenal. Kedua seniman ini juga membuat album yang penuh keceriaan dan syairnya sangat mudah dicerna pengemarnya. Keduanya juga meninggal disaat mereka sedang berada di puncak karier keartisan setelah lama mengelana. Keduanya juga pasti menjadi sangat fenomenal karena dunia hiburan memang penuh warna dan tragisme.
Selamat jalan mbah Surip semoga Tuhan memberkatimu....Salam buat Gombloh....Karyamu tetap menjadi kenangan bagi kami di dunia ini....
Melihat penampilan mbah Surip saya jadi teringat dengan penyanyi Gombloh yang ngetop di era tahun 80an dengan lagunya “Di Radio”, “Kugadaikan Cintaku”, “Gebyar Gebyar”’ yang sampai saat ini menjadi lagu wajib setiap 17 Agustusan. Penampilan mereka nyaris mirip karena memiliki cirri khas yang tidak bias di tiru orang lain. Saya masih terbayang penampilan Gombloh topi khasnya dan kostum kedodoran di tambah jenggot tipisnya. Begitu juga dengan mabah Surip tampil dengan cirri khasnya rambut gimbal, kostum warna warni dan tawa lepasnya ha…ha….ha…ha…
Kedua penyanyi ini meninggal disaat mereka sedang menikmati puncak karier selelpas melanglang buana sebagai pengamen di jalanan. Kehidupan mereka sangat pahit jika dihitung dari segi materi awalnya namun di penghujung usianya mereka menjadi sangat kaya raya dan ngetop. Gombloh dan Mbah Surip juga bukan nama sebenarnya mereka. Itu adalah nama panggung atau nama artis yang mengantarkan mereka manjadi sangat terkenal. Kedua seniman ini juga membuat album yang penuh keceriaan dan syairnya sangat mudah dicerna pengemarnya. Keduanya juga meninggal disaat mereka sedang berada di puncak karier keartisan setelah lama mengelana. Keduanya juga pasti menjadi sangat fenomenal karena dunia hiburan memang penuh warna dan tragisme.
Selamat jalan mbah Surip semoga Tuhan memberkatimu....Salam buat Gombloh....Karyamu tetap menjadi kenangan bagi kami di dunia ini....
Di Radio...
Aku dengar lagu kesayannganku
Ku telepon di rumahmu sedang apa kasihku..
Berharap kau mendengar...
Dan kau ucapkan rindu....
La....Laa...Laaa.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar